PURBALINGGA  – Pemkab Purbalingga melalui Badan Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan (BPPKP) Purbalingga berencana segera memproduksi beras sehat atau beras analog . Yakni beras tiruan yang berbahan baku umbi-umbian seperti singkong, tepung sagu, jagung, dan beberapa sumber karbohidrat lainnya. Beras analog ini merupakan salah satu program dari Kementerian Pertanian untuk mengurangi ketergantungan konsumsi masyarakat terhadap beras padi dan tepung terigu.

“Tahun ini kita fasilitasi kelompok untuk membuat beras sehat. Sekarang sedang persiapan alatnya. Mudah-mudahan bulan depan sudah bisa berproduksi,” ujar Kepala BPPKP Purbalingga Lily Purwati di Pendapa Dipokusumo, Rabu (21/10).

Beras analog ini menjadi salah satu bentuk pangan alternatif yang dapat dikembangkan untuk mengatasi ketersediaan pangan, baik itu dalam hal penggunaan sumber pangan yang baru maupun proses diversifikasi atau penganekaragaman pangan.

Saat ini, lanjut Lily, produksinya memang masih terbatas sehingga harga produk beras analog ini masih tergolong mahal dibanding dengan beras biasa. Sehingga sangat berpengarush terhadap program penganekaragaman menu makanan termasuk diantaranya program One Day No Rice yang dicanangkan Bupati Sukento Rido Marhaendrianto saat itu.

“Kita sudah ajak sejumlah kelompok tani study banding ke Kebumen dan Gunung Kidul yang sudah memproduksi beras analog. Mudah-mudahan tahun 2016 kita juga bisa difasilitasi pemerintah pusat seperti Kebumen dan Gunung Kidul,” jelasnya.

Menurut Lily, kalau produk beras analog ini nantinya sudah bisa berkembang, dirinya akan meminta Bupati untuk membuat kebijakan pembelian beras analog bagi PNS di lingkungan pemkab Purbalingga. Saat ini, sebagian besar PNS Purbalingga membeli beras Puspahastama sebagai salah satu wujud kepedulian PNS terhadap penyerapan produk lokal sekaligus peningkatan kesejahteraan petani.

“Kalau ke Puspahastama minimal 10 kg beras. Nanti kalau mereka sudah mampu memproduksi beras analog yang mencukupi,  paling tidak saya ingin PNS juga membeli satu kg beras analog. Misalkan lima ribu PNS saja, dalam sebulan bisa memproduksi 5 ton beras analog,” jelasnya.

Pihaknya juga terus melakukan sosialisasi penganekaragaman pangan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan bersama stakeholder terkait. Seperti yang dilaksanakan Rabu (21/10) berupa Lomba Cipta Menu B2SA serta Festival dan Pameran Produk Pangan Lokal tingkat Kabupaten Purbalingga. Kedua acara ini dilaksanakan di dua tempat berbeda yakni untuk lomba cipta menu B2SA di Pendapa Dipokusumo dan festival produk pangan local di Alun Alun Purbalingga. (Hardiyanto)