PURBALINGGA, Purbalingga sebagai destinasi wiasta nomor dua di Provinsi Jawa Tengah, setelah Candi Borobudur di Magelang. Tingkat kunjungan wisatawan dari tahun ketahun semakin meningkat. Berdasarkan data Purbalingga Dalam Angka (PDA) dari tahun 2010 sampai tahun 2013 kalau dirata-rata tiap tahunnya terjadi kenaikan sebesar 2,66 persen.

Pada tahun 2013 jumlah pengunjung mencapai 1.404.520 dengan jumlah tamu menginap sebesar 32.642. Jumlah kunjungan ini masih didominasi objek-objek wisata seperti Owabong, Pancuranmas, Taman Reptil, Walik, Goa Lawa dan Buper Munjuluhur. Potensi kunjungan wisata yang cukup besar ini, menjadi pemikiran Pemkab Purbalingga untuk  menggali potensi wisata lainnya untuk dikembangkan sebagai salah satu tujuan wisata di Jawa Tengah.

Salah satu yang akan digarap serius oleh Pemkab Purbalingga adalah pengembangan desa wisata. Pengembangan potensi ini akan berpengaruh secara signifikan untuk peningkatan perekonomian masyarakat desa. Dengan potensi keunikan yang dimiliki suatu desa wisata akan menjadi daya tarik wisata yang potensial.

Menurut Bupati Purbalingga, potensi wisata yang digarap secara serius, terarah, dan profesionalakan berdampak pada peningkatan pendapatan daerah. Pariwisata dapat dijadikan prime mover/penggerak berkembangnya sektor lain yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi  daerah.

“ Pariwisata akan meumbuhkan perhotelan, rumah makan, dan sektor informal, perdagangan dan industri kerajinan, pertanian dalam arti luas, transportasi dan angkutan,” ujar Sukento pada saat acara Halo Bupati, Senin (13/4)

Untuk mengembangkan pariwisata, Pemkab Purbalingga pada tahun 2015 telah menyediakan anggaran sebesar Rp 305 juta rupiah. Dana tersebut digunakan untuk pembinaan pokdarwis dan desa wisata, fasilitasi paguyuban wisbangga, apresiasi dan konvensi pokdarwis pembinaan serta atraksi seni untuk wisata dan bantuan lesung bagi desa wisata.

Selain dana pengembangan yang berkaitan dengan sektor wisata, Pemkab juga telah merencanakan pembangunan infrastruktur sebagai pendukung pariwisata. Yakni rencana pelebaran jalan Purbalingga – Tobong sesuai hasil Detail Engineering Design (DED) dengan badan jalan 7 meter membutuhkan anggaran sebesar Rp. 36 miliar.

Rencana pelebaran jalan Walik – Karanggambas sesuai hasil DED dengan badan jalan 6 meter membutuhkan anggaran sebesar Rp. 20.miliar.Rencana pelebaran jalan Karangreja – Kutabawa sebagai pendukung akses Wisata Gua Lawa sedang diusulkan kepada Provinsi Jateng dengan anggaran sebesar  Rp. 8,75 miliar.

Dukungan gerakan jalan tanpa lobang yang di canangkan Pemprov Jateng, sebagai komitmen Pemkab Purbalingga terhadap sektor pariwisata.

Kepala Dinbudparpora, Subeno mengatakan untuk meningkatkan sektor wisata di Purbalingga dalam hal ini desa wisata, maka pariwisata harus dikelola sebagai industri, harus adanya pemasaran yang baik, masyarakat harus punya jiwa wirausaha.

“Pengelolaan pembiayaan yang jelas dan transparan, pemberdayaan pokdarwis serta menyusun ulang rencana kerja pemerintah desa agar visi-misinya selaras dengan tujuan desa wisata,” ujar Subeno.

KeunggulanDesa-desa wisata di Purbalingga

Berdasarkan data dari Dinbudparpora terdapat 6 desa yang akan dikembaangkan sebagai desa wisata. Yakni Desa Panusupan Kecamatan Rembang, Desa Tanalum Kecamatan Rembang, Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Desa Wisata Siwarak, Kecamatan Karangreja, Desa Karangbanjar, Kecamatan Bojongsari.

Selain itu juga ada rintisan desa wiasta yaitu Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon, Desa Wisata Purbayasa, Kecamatan Padamara, Desa wisata Pekiringan, Kecamatan Karangmoncol, dan Desa Karangcegak,Kecamatan Kutasari.

Subeno mengatakan untuk mendukung potensi desa wisata maka diperlukan campur tangan semua pihak, yakni pemerintah masyarakat dan dunia usaha.  Pemerintah mendorong lewat regulasi, promosi dan infrastruktur. Masyarakat mendukung penerapan aksi sapta pesona sadar wisata, sehingga Purbalingga yang ditargetkan sebagai kota wisata dan budaya akan terus dikenal dalam kancah regional, nasional, bahkan internasional.

“Masyarakat harus sadar wisata, suasana harus dibikin aman, nyaman, wisatawan harus di bikin betah. Jangan ada gontok-gontokan karena rebutan home stay,” ujar Subeno

Dunia usaha seperti perhotelan dan rumah makan/restauran, diharapkan ikut berperan mempromosikannya. Caranya dengan mengijinkan pemasangan poster/leaflet desa wisata di tempat yang mudah dijangkau pengunjung hotel/rumah makan.

“ Kalau ini sudah bergerak, maka apa-apa yang dijual oleh masyarakat akan laku, otomatis perekonomian masyarakat meningkat,” pungkas Subeno (Sapto Suhardiyo)