Apri Tulastri, Pembawa acara bingung dan kaku, ketika acara dimulai, pasalnya harus menggunakan bahasa Banyumas. Meski bahasa yang dipakai merupakan bahasa harian, namun mengundang tawa.
Kegiatan tahunan dalam rangka HUT 45 Tahun Radio Suara Perwira Purbalingga kali ini nampak berbeda. Dari kemasan acara maupun pakaian dan bahasa yang digunakanpun berbeda.
Kali ini panitia mengambil tema “Suara Perwira Ngapak” dengan mewajibkan semua yang hadir berbahasa jawa Banyumas, termasuk MC, bahkan sambutan wakil bupati yang dibacakan asisten Drs Subeno juga disampaikan dalam bahasa Banyumasan.
Kegiatan yang berlangsung di rumah jabatan Wakil Bupati pendapa Cahyana, dihadiri 300 orang, terdiri fans dan mantan penyiar, termasuk pendiri Radio Suara Perwira, Teguh Sudjono.

Dalam kesempatan itu, Teguh Sudjono sempat membeberkan sejarah berdirinya radio milik pemkab Purbalingga ini,:

20 september 1968 purbalingga masih sepi belum ada radio siaran, listrikpun masih tegangan 110. Agustus th 1968, di jalan Kirana ada kursus morse, dan ini digunakan untuk ujian anggota ORARI. Dia ikuti kursus morse, pada pertengahan September dibahas dengan teman2 untuk membuat radio amatir.
Teguh (yang saat itu berusia 22 th) bersama Sudrajat pada awal September  menghadap bupati R Bambang Sudarmo SH.
Kemudian di pringgitan dibahas usulan untuk mendirikan pemancar dan langsung disetujui.
14 hari kemudian bersama teknisi Yansen (orang klampok) urunan 1 orang 1000 rupiah. Untuk membuat pemancar sederhana sebuah pemancar tabung. Setelah jadi menghadap bupati untuk laporan dan minta tempat dan pengeras suara.
Oleh bupati diberikan pengeras suara dan tempat yakni di gudang rumah dinas bupati.
Malam minggu dipasang, dan minggu 20 September 1968 seluruh wilayah purbalingga tertutup Suara Angkasa Purbalingga (Radio Sapurba). Kemudian 2 tahun berikut menjadi persiapan menjadi radio siaran pemerintah daerah (RSPD). Tahun 2001 menjadi Suara Perwira.

Kepala bidang Kominfo Dinhubkominfo Purbalingga, Drs Erry Rusdi mengatakan, radio masih memiliki pengaruh luar biasa bagi masyarakat. Didasarkan survei, radio merupakan media/ alat komunikasi nomor dua setelah TV yang paling sering digunakan masyarakat.
Sambutan wakil bupati Sukento rido yang dibacakan assisten Drs Subeno mengharapkan di usia 45 tahun ini suara perwira tetep jaya diudara. Mampu menjadi media yang turut membangun kabupaten Purbalingga. Menjadi media edukasi masyarakat.
RSP mempunyai tugas berat, pertama harus mampu menjadi corongnya pemerintah daerah, harus mampu melayani masyarakat desa maupun kota dan harus mampu nguri-uri budaya Banyumas.