PURBALINGGA – Kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Ardi Mandala Giri, Desa wisata Panusupan, Kecamatan Rembang, berhasil meraih tiga kejuaraan dalam kegiatan lomba Kepariwisataan Pokdarwis tingkat Jawa Tengah, yang berlangsung di desa wisata Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jum’at – Minggu (29 – 31/7).  Lomba diikuti 35 Pokdarwis dari kabupaten/kota se-Jateng.

            Tiga kategori lomba yang diraih Ardi Mandala Giri dari empat kategori yang dilombakan, masing-masing juara I studi kasus tanggap Sapta Pesona, juara II lomba kepariwisataan, dan juara III kelembagaan Pokdarwis. Sementara, kategori yang tak diraih yakni lomba yel-yel pariwisata.  Dari ketiga prestasi yang diraih ini, utusan Purbalingga ini meraih hadiah uang pembinaan terbanyak. Selain uang pembinaan, hadiah berupa tropi, piagam, dan fasilitasi mengikuti temu Pokdarwis di pulau Bali.

            Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si yang mendamping kontingen Purbalingga selama mengikuti lomba mengatakan, sebelum mengikuti lomba, pihaknya melakukan seleksi sejumlah Pokdarwis yang berpotensi untuk mengikuti lomba di tingkat Jateng. Dinbudparpora akhirnya memilih Pokdarwis Ardi Mandala Giri, dan selanjutnya para calon peserta kembali dibekali materi serta pemahaman kepariwisataan selama dua minggu di kantor dinas, di lokasi desa wisata dan simulasi studi aksi tanggap sapta pesona di Pancuran Ciblon Bobotsari. Dipilihnya pancuran Ciblon sebagai simulasi karena mirip dengan lokasi lomba kepariwisataan Pokdarwis di desa wisata Ponggok Klaten.

            “Pokdarwis Ardi Mandala Giri meski sudah didirikan sejak tahun 2009, namun baru aktif kembali mulai tahun 2015. Dibanding peserta lain, peserta dari Pokdarwis Purbalingga ibaratnya masih berbenah, namun ternyata sudah mampu menunjukkan kemampuannya dan mampu bersaing dengan Pokdarwis lain yang selama ini langganan meraih juara,” kata Prayitno, Senin (1/8).

             Dikatakan Prayitno, target utama mengikuti lomba kepariwisataan sebenarnya untuk lebih mengenalkan desa wisata Panusupan dan desa wisata lainnya di Purbalingga. Selama pelaksanaan lomba karena diikuti peserta dari seluruh Jawa Tengah dan pengunjung dari berbagai kota, maka kesempatan itu menjadi peluang untuk berpromosi desa wisata dan destinasi wisata Purbalingga.

“Kami mengirimkan peserta di kancah Jateng, agar para pengelola desa wisata bisa membangun jejeraing dengan pengelola desa wisata lain, bisa menambah pengalaman dan pemahaman tentang kepariwisataan, dan sekaligus upaya promosi desa wisata. Target kami dari ajang itu yakni adanya peningkatan kunjungan wisatawan ke desa-desa wisata di Purbalingga, khususnya ke desa wisata Panusupan, Kecamatan Rembang,” kata Prayitno.

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, DR Prasetyo Aribowo, M.Soc  saat membuka kegiatan mengatakan, lomba kepariwisataan Pokdarwis merupakan ajang silahturahmi antara pokdarwis se Jateng dan sekaligus ngangsu krawuh pengelola desa wisata yang tergabung dalam pokdarwis. “Kejuaraan lomba hanya sebagai penyemangat, bukan yang utama. Yang lebih penting adalah antara pelaku Pokdarwis bisa saling belajar, mengetahui kelebihan dan kekurangan desa wisata yang dikelolanya, dan selanjutnya membenahi kekurangan tersebut,” kata Prasetyo Aribowo.

Prasetyo menambahkan, di Jateng saat ini baru ada sekitar 550 pokdarwis yang sudah terbentuk. Namun diakuinya, masih ada pokdarwis yang belum bergerak aktif. Banyak keuntungan yang diperoleh dengan terbentuknya pokdarwis, antara lain dapat merumuskan potensi wisata di desa yang bersangkutan. Selanjutnya, Pokdarwis tersebut dapat mengembangkan potensi wisata desa yang ditujukan untuk mengembangkan kesejahteraan masyarakat.

“Dengan adanya Pokdarwis,  manajemen dan pengelolaan wisata di suatu desa semakin tertib dan terarah. Setiap desa itu tentu memiliki potensi wisata. Untuk itu harus dikembangkan. Di situlah peran Pokdarwis. Tak hanya mengembangkan potensi wisata, tapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti membangun jejaring antar daerah, pengembangan fasilitas pendukung seperti suvenir, kuliner, homestay dan sebagainya. Intinya bisa mengajak masyarakat sadar wisata dan mampu menerapkan sapta pesona wisata agar wisatawan betah berkunjung ke desa,” tambahnya. (y)