Hari kelahiran Panglima Besar Jenderal Soedirman bakal diperingati setiap tahun guna menjaga semangat juang Jenderal Soedirman agar tetap bergelora di hati masyarakat Purbalingga dan Banyumas pada umumnya.
Peringatan kelahiran Jenderal Soedirman pada setiap 24 Januari akan ditandai dengan kegiatan Kirab Bendera Merah Putih dari Monumen Tempat Lahir Jenderal Soedirman di Desa Bantarbarang Kecamatan Rembang, Purbalingga hingga Markas Komando Resort Militer (Korem) 071 Wijaya Kusuma di Sokaraja, Banyumas.
“Mulai tahun ini, hari kelahiran Panglima Besar Jenderal Soedirman akan kita peringati. Harapanya agar seluruh komponen masyarakat mampu terus menjunjung tinggi semangat juang yang diwariskan oleh Bapak TNI kita,” ujar Kepala Staf Kodim 0702 Purbalingga Mayor Kav Hariyono saat memimpin Rakor Persiapan Kirab Merah Putih di Aula Makodim setempat, Selasa (13/1).
Diungkapkan Kasdim, peringatan hari kelahiran Soedirman bukan hanya milik TNI, juga bukan milik Polri saja, namun menjadi milik seluruh masyarakat. Selain dapat digunakan untuk meningkatkan pendidikan karakter generasi muda, peringatan hari kelahiran Jenderal Soedirman juga dapat bermanfaat sebagai salah satu agenda wisata di Purbalingga.
“Juga sebagai salah satu kebanggaan masyarakat Purbalingga karena kita memiliki pemimpin yang perlu diteladani,” tandasnya.
Kirab Merah Putih, rencananya akan dilaksanakan selama dua hari tanggal 24-25 Januari 2015. Start KMP akan dipusatkan di Monumen Tempat Lahir Jenderal Soedirman pada 24 Januari, akan melewati rute etape I Rembang – Pasar Paing Desa Bedagas, Pengadegan, Etape II Pasar Paing – Kantor Kecamatan Pengadegan, Etape III Pengadegan – SMKN Kaligondang dan etape IV SMKN Pengadegan – Makodim 0701 Purbalingga.
Pada hari kedua (25/1, Kirab Merah Putih dilanjutkan melintasi etape V dari Makodim 0702 – Terminal Jompo. Dilokasi tersebut akan dilakukan serah terima pasukan kirab dari Purbalingga ke wilayah Banyumas dan dilanjutkan perjalanan etape terakhir menuju Makorem 071 Wijaya Kusuma.
“Peserta kirab akan melibatkan unsure TNI, Polri, Pelajar, LSM, Organisasi kepemudaan dan masyarakat,” jelasnya.
Dari sejumlah literature, Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman lahir di Bodaskarangjati kecamatan Rembang, Purbalingga, pada 24 Januari 1916. Di masa remajanya Soedirman aktif menempa diri di kawah pergerakan melalui organisasi kepanduan Hisbul Wathon (HW) dan Muhammadiyah. Sempat menjadi pengajar atau guru di Sekolah Menengah Muhammadiyah Cilacap, Soedirman nyatanya malah menjadi besar lewat kerasnya dunia militer. Dia bergabung dengan kesatuan Pembela Tanah Air (PETA), bentukan Jepang, pada 1943.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, Soedirman kembali menekuni ranah tentara dan dipercaya sebagai Komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR) wilayah Banyumas. Prestasi yang paling menentukan arah kehidupan Soedirman selanjutnya adalah keberhasilannya memukul mundur pasukan Belanda pada Desember 1945 dalam peristiwa Palagan Ambarawa, sebagai upaya mempertahankan kedaulatan RI. Atas prestasi itu, Soedirman terpilih sebagai Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat, angkatan perang RI yang pada akhirnya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Panglima Besar Jenderal Soedirman adalah penentang jalur diplomasi dengan Belanda yang dilakoni para pemimpin negara RI. Dengan kondisi tubuh yang sakit parah, Soedirman tetap memimpin perang gerilya hingga akhirnya Soekarno memintanya menghentikan pertempuran dengan disepakatinya penyerahan kedaulatan secara penuh dari Kerajaan Belanda kepada Indonesia pada 1949.
Bapak Tentara Nasional Indonesia Jenderal Besar Soedirman wafat dalam usia muda karena sakit yang dideritanya, namun namanya tetap menjadi yang terdepan dalam sejarah ketentaraan Indonesia. (Hardiyanto)