PURBALINGGA – Wakil Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi (Tiwi) menandatangani perjanjian kerjasama klaster dengan Kantor Perwakilan Wilayah (KPW) Bank Indonesia Purwokerto. Perjanjian tersebut merupakan salah satu program pengendalian inflasi komoditas bawang putih terintegrasi. Perjanjian disaksikan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo beserta Bupati Karanganyar, Sragen, Temanggung, Banjarnegara, Pekalongan, Magelang dan Batang.
Wakil Bupati mengatakan penandatanganan ini merupakan tindak lanjut kerjasaman antara pemerintah daerah Purbalingga dengan BI. Dimana kerjasama tersebut telah dilakukan penanaman bawang di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja. Penanaman bawang dilakukan di lahan tanah milik Kelompok Tani Giri Waluyo dengan luas 5.000 meter persegi.
“Dengan kondisi alam pegunungan, potensi lahan di desa Kutabawa dan Serang dapat di dayagunakan untuk penanaman bawang putih seluas 10 hektar,” kata Tiwi saat penandatanganan kerjasama di Tawangmangu Kabuapaten Karanganyar, Selasa(24/8).
Dengan kondisi curah hujan yang agak berkurang, Tiwi memperkirakan hasil tanam perdana demplot bawang putih akan panen pada awal November. Kebutuhan bawang putih di Kabupaten Purbalingga sekarang masih disuplai dari daerah Wonosobo dan Karanganyar,
“Pada bulan Agustus kebutuhan bawang putih diperkirakan sebanyak 2,35 ton,” kata Tiwi.
Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Tengah, Iskandar Simorangkir mengatakan kenapa BI terlibat dalam penanaman bawang putih dalam rangka pengendalian laju inflasi yang rendah. Berdasarkan hasil kajian BI penyebab laju inflasi salah satunya berasal dari kelompok makanan yang sering bergejolak. salah satunya berasal dari kelompok bawang putih.
“Ketika inflasi tinggi pastinya akan mengurangi daya beli masyarakat terutama bagi masyarakat berpendapatan tetap dan rendah, kedua mengurangi daya saing produk-produk dalam negeri,” kata Iskandar
Dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), juga berpengaruh terhadap persaingan antar negara asean. Jika dilihat dari laju inflasi 5 tahun terahir laju inflasi Indonesis yang sekitar 5,5 persen, Thailand 1,74 persen, Singpura 2,9 persen, dan Malasya, 2.3 persen. Sehingga berpengaruh terhadap daya saing produk Indonesia dengan ketiga negara Asean tersebut.
“Setidaknya di dua tahun terahir potensi kontribusi bawang putih tehadap inflasi di Jawa Tengah sebesar 0,56 persen,” kata Iskandar
Selain itu dengan adanya pembebasan bea masuk bawang putih sejak tahun 2005 maka kebutuhan bawang putih nasional ditopang dengan bawang putih impor sebesar 95 persen. Dimana pada tahun 1996 poduk bawang putih Indonesia mencapai 190 ton dan sekarang tinggal 20 ton akibat masuknya bawang putih impor yang secara kualitas baik dan lebih murah.
Turunya produk bawang putih, menurut Iskandar sangat memperihatinkan, untuk itu BI bekerja sama dengan puast penangkaran bawang putih Tawangmangu berupaya lagi agar Jawa Tengah yang dulu sebagai centra bawang putih bisa tumbuh kembali. Dari hasil kerjasama di Kabupaten Tegal bibit bawang putih Tawangmangu Baru dihasilkan 24 ton perhektar dimana bawang putihnya berbonggol besar dan lebih menggigit rasanya.
Sedangkan Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan akan melakukan beberapa regulasi terkait dengan penyediaan pupuk bagi petani. Salah satunya updating data Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) sehingga pemenuhan kebutuhan pupuk, bibit, pestisida biaya garapan dan pemeliharaan menjadi semakin terkontrol.
Selain itu dengan terdatanya kelompok tani maka akan memudahkan dalam pemberian bantuan hibah dari pemeriintah menjadi lebih mudah. Kemudian juga memudahkan dalam memberikan prioritas bantuan kepada kelompok tani yang benar-benar membutuhkan. (Sapto Suhardiyo)