Jangan pernah menyepelekan  pelayanan yang dilakukan oleh tukang parkir dalam lingkungan obyek wisata. Karena ternyata keberadaan tukang parkir memiliki peran yang sangat besar dalam bisnis pariwisata.  Hal itu terungkap dalam kegiatan Aksi  Sapta Pesona yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, di komplek Taman Usman Janatin (TUJ), Minggu (23/3).

Staf Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, Supomo menuturkan, dalam aksi ini semua pelaku pariwisata kembali diingatkan tentang butir-butir kampanye Sapta Pesona. Yang terdiri dari Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah  dan Kenangan.

Menurut Supomo, Aksi Sapta Pesona yang telah dicanangkan sejak 2001 perlu digenjot dan dikampanyekan lagi. Agar semua pelaku pariwisata dan pengunjung atau masyarakat disekitar daya tarik wisata bisa menerapkan butir-butir Sapta Pesona dan mengangkat citra pariwisata menjadi lebih baik.

“Tukang parkir memiliki peran yang besar dalam pariwisata. Mereka harus ramah, mau melayani dan mampu menciptakan rasa aman. Tetapi kalau tukang parkirnya hanya duduk di bawah pohon terus ketika pengunjung akan pulang baru mendekati dan narik bayaran, ya itu tidak membuat pengunjung nyaman dan terkesan,” katanya kepada sejumlah wartawan, didampingi Kabid Pariwisata Dinbudparpora Purbalingga, Prayitno.

“Ketika para pedagangnya sudah menerapkan sapta pesona dan mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi para pengunjung. Tetapi ketika tukang parkirnya tak melakukan hal yang sama, maka sebenarnya mereka telah mematikan para pedagang bahkan daya tarik wisatanya itu sendiri,” jelasnya.

Karenanya, menurut Supomo, aksi sapta pesona perlu digalakan kembali, sehingga destinasi wisata yang ada dapat terus berkembang dan makin banyak dikunjungi wisatawan. Targetnya, lanjut Supomo, aksi sapta pesona dapat meningkatkan kadar dan pemahaman sadar wisata kepada para pelaku dan masyarakat di sekitarnya, termasuk masyarakat pengunjung.

Kampanye Aksi Sapta Pesona diberikan kepada para pelaku pariwisata terdiri dari tukang parkir, pemandu wisata, para pedagang makanan dan minuman, serta petugas keamanan wisata.  Selain itu juga diberikan kepada masyarakat yang terdiri dari masyarakat disekitar daya tarik dan masyarakat pengunjung.

“Pengunjung juga harus bersikap bijaksana. Jangan bersikap semaunya karena merasa sudah membayar tiket. Tetapi juga harus melaksanakan aksi sapta pesona, sama dengan yang dilakukan para pelaku wisata. Bila bisa menyatu, akan membuat citra yang baik terhadap para pengunjung,” katanya sembari menegaskan agar pelaku pariwisata dan masyarakat mampu menjadi tuan rumah yang baik bagi para tamu yang berkunjung di suatu tempat wisata.

Kampanye aksi sapta pesona merupakan kegiatan pilot projeck yang bisa ditindaklanjuti oleh pemerinta provinsi Jateng, Pemkab Purbalingga atau bahkan oleh para pelakunya sendiri. Keberhasilan sapta pesona, menurut Supomo akan terlihat ketika suatu daya tarik wisata semakin banyak dikunjungi masyarakat.

“Sapta Pesona berhasil bila pengunjungnya makin banyak dan punya keinginan untuk berkunjung kembali. Tapi bila ada obyek wisata yang makin lama pengunjungnya makin sepi, maka bisa dipastikan aksi sapta pesona tidak jalan,” tandasnya.

Tahun ini, aksi sapta pesona di provinsi Jawa Tengah dilaksanakan tersebar di 16 kabupaten/kota. Kegiatan ang didanai oleh Kementerian Pariwisata dan ekonomi  kreatif (Kemenparekraf),  bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota di Jateng.  Aksi bulan Maret dilaksanakan di enam kabupaten yakni Sragen, Purbalingga, Kebumen, Banjarnegara, Wonogiri dan Karanganyar. Lainnya dilaksanakan pada April mendatang.

Kabid Pariwisata Dinbudparpora Purbalingga, Prayitno menuturkan, selain menerapkan sapta pesona, terutama menyangkut kebersihan dan ketertiban, unsure keamanan juga menjadi penyebab utama keengganan wisatawan berkunjung ke suatu obyek wisata. Khusus di Purbalingga, penetapan status Gunung Slamet menjadi ‘Waspada’, meski tidak berpengaruh signifikan namun tetap berimbas terhadap imej kunjungan wisata.

“Kampanye Sapta Pesona sekaligus untuk menegaskan bahwa sejumlah tempat wisata di Purbalingga tetap aman dikunjungi meski Gunung Slamet berstatus Waspada. Karena semua tempat wisata di Purbalingga berada jauh dari kawasan rawan bencana (2 km-red) yang ditetapkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM,” jelas Prayitno.

Prayitno menambahkan, aksi di Purbalingga diawali dengan kegiatan bimbingan teknis bagi kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Lembah Asri Desa Serang, Karangreja serta pelaku seni Gumbeng dan tek-tek, Sabtu (22/30 kemarin.  Dalam kampanye sadar wisata juga dilakukan kerja bakti kebersihan lingkaungan dan penanaman pohon oleh Bupati Sukento Rido Marhaendrianto. Kegiatan tersebut tak hanya dilakukan di  komplek Taman Kota Usman Janatin Park, juga di sejumlah obyek wisata lainnya.

Aksi Sapta Pesona di TUJ, melibatkan masyarakat, pelaku wisata, pedagang kaki lima, pelaku UMKM, serta dimeriahkan dengan penampilan seni Gumbeng dan tek-tek dari desa wisata Serang, Kecamatan Karangreja. “Kemenparekraf juga memberikan fasilitasi untuk mendukung atraksi seni sebagai pendukung Desa Wisata Serang,” tambah Prayitno. (Hr-kmn)