PURBALINGGA – Gereja Kristen Jawa (GKJ) Purbalingga, Minggu (15/5) menggelar perayaan Pentakosta dan persembahan unduh-unduh. Perayaan Pentakosta merupakan peringatan turunnya roh kudus. Perayaan ini dilakukan 50 hari setelah Paskah. Sementara persembahan unduh-unduh digelar sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen yang diberkati oleh Tuhan.
Perayaan Pentakosta dan persembahan unduh-unduh yang mengambil tema kotbah ‘Diberkati Roh Kudus’ dipimpin oleh pendeta Slamet Waluyo, S.Si.
Perayaan diawali dengan prosesi pendeta yang diikuti para pengurus gereja. Para pengurus gereja membawa aneka hasil bumi sebagai pertanda hasil panen yang melimpah. Usai prosesi, hasil bumi itu diletakan di depan altar gereja.
Pendeta Slamet Waluyo dalam kotbahnya mengatakan, ada tujuh dosa yang mematikan dan harus dihindari umat Kristiani. Ketujuh dosa itu adalah kesombongan, ketamakan, iri hati, kemarahan atau kemurkaan, hawa nafsu yang berlebihan, kerakusan, dan kemalasan. “Kesombongan ditempatkan pada hal yang pertama, karena kesombongan akan berakibat pada kehancuran. Allah tidak menyukai kesombongan,” kata Slamet Waluyo.
Slamet Waluyo menegaskan, umat Kristiani harus menghindari rasa sombong. Kesombongan bukan untuk membangun gengsi agar seolah dirinya terlihat memiliki kekuasaan. Jika orang terlihat sombong agar terlihat memiliki kekuasaan, maka orang itu salah menilai dirinya sendiri. Kekuasaan umat manusia di dunia tidak aka nada artinya apa-apa. Semua karena kuasa Tuhan. “Marilah berjalan sesuai dengan roh kudus. Roh kudus yang menguatkan, dan roh kudus yang memberikan pengharapan untuk menghindari dosa-dosa yang mematikan, seperti kesombongan,” kata Slamet.
Slamet juga meminta kepada umat Kristiani yang hidupnya dipenuhi kesombongan, dan dosa-dosa lainnya yang mematikan, untuk kembali kepada Tuhan. “Semua orang percaya dipimpin oleh roh kudus. Hidup yang dipimpin oleh roh kudus, akan mampu mengatasi semua dosa-dosa yang mematikan. Dengan roh kudus akan mampu mengatasi hawa nafsu yang berlebihan, mampu mengatasi kemarahan, kerakusan, kemalasan, dan ketamakan, dan iri hati,” pesan Slamet Waluyo. (*)