PURBALINGGA  – Industri Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) knalpot Purbalingga dibawah binaan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Dinperindagkop) kembali menjadi mitra Benchmarking bagi 40 peserta Diklatpim IV Angkatan I tahun 2016 Badan Diklat Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kepala Badan Diklat DIY Moeji Rahardjo mengaku, dipilihnya kabupaten Purbalingga sebagai tempat Benchmarking karena Purbalingga menjadi salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang telah berhasil meningkatkan kesejahteraan melalui UMKM. Utamanya yang bergerak dibidang industri knalpot.

Benchmarking ini bertujuan membekali peserta Diklatpim untuk memahami Best Practce atau kemampuan untuk mengadopsi dan mengadaptasikan keunggulan organisasi kedalam pengelolaan kegiatan ditempat kerja,” katanya saat diterima Bupati Purbalingga Tasdi di Operation Room Graha Adiguna, Selasa (19/4).

Dikatakan Muji Raharjo, peserta Benchmarking merupakan para pejabat eselon IV yang berasal dari Pemprov DIY, Pemkot Yogyakarta, Sleman, Bantul, Gunung Kidul, Kulonprogo dan KantorRegional BKN DIY. Mereka akan mengadakan kegiatan di Purbalingga selama tiga hari mulai Selasa ini.

Bupati Purbalingga Tasdi mempersilahkan para peserta Benchmarking untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya berkenaan dengan thema diklat. Sehingga informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan kajian, analisa dan memberikan tambahan wawasan bagi para peserta diklat.

“Di Purbalingga sendiri, produk knalpot telah menjadi ikon. Disamping produk hair industry dan aksesoris seperti rambut palsu, bulu mata palsu, kuku palsu dan peralatan kecantikan,” ujar Bupati Tasdi yang sudah 62 hari menjabat sejak dilantik pada 17 Februari lalu.

Sementara, Kepala Dinperindagkop Agus Winarno menuturkan, sejarah industri knalpot di Purbalingga diawali sejak 1977 dimana Almarhum Sultoni, salah seorang warga Kampung Pesayangan Purbalingga membuat knalpot dan akhirnya sering mendapat pesanan hingga berkembang. Saat ini produk knalpot Purbalingga telah tersebar hamper di seluruh pelosok Indonesia.

“Pemkab terus mendukung pengembangan sentra knalpot di Purbalingga bahkan produk knalpot hand made ini telah menjadi ikon Purbalingga,” katanya.

Agus memaparkan, kondisi sentra knalpot Purbalingga saat ini didukung oleh 173 IKM knalpot yang aktif. Kapasitas produksi seluruh IKM knalpot mencapai 313.380 unit per tahun, dengan nilai produksi mencapai Rp 43,8 miliar. Sedangkan tenaga kerja yang terserap pada sector ini mencapai 837 orang.

Agus mengakui, meski produk knalpot Purbalingga telah menempel pada sejumlah produk otomotif terkemuka seperti Mercedes dan panser buatan Pindad, namun sebagian besar belum mampu menembus pasar ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk). Hal itu terkendala oleh proses produksi yang masih hand made.

Usai diterima di komplek Pendapa Dipokusumo, para peserta Benchmarking kemudian melakukan wawancara dan kunjungan lapangan ke Dinperindagkop dan sejumlah lokasi sentra industri knalpot. (Hardiyanto)