PURBALINGGA , Bu Khotimah, wali siswa kelas 1 MI NU 2 Tangkisan Purbalingga ini aktif membantu siswa dalam membaca buku besar secara terbimbing. Beliau adalah satu dari 24 orang anggota paguyuban kelas I di madrasah yang membantu siswa dalam membaca. Di sela aktivitasnya sehari-hari sebagai pembuat gula jawa atau gula aren, beliau selalu rajin untuk datang setiap pagi mendampingi siswa belajar.
“Setiap pagi saya selalu mengantar anak saya untuk naik tebing yang curam ke madrasah. Saya menungguinya sampai selesai. Setelah itu, baru membuat gula aren dari bapak yang nderes aren,” aku Bu Khotimah, Senin (5/9). Melihat banyaknya orang tua yang selalu memadati madrasah setiap hari. Maka madrasah membuat program membaca buku besar yang dilakukan oleh anggota paguyuban.
Ibu Khotim mengaku, mereka pertama dilatih untuk membaca buku besar, memegang dengan benar, dan membuat siswa tertarik dulu. Minggu selanjutnya mereka dilatih kemampuan untuk menceritakan secara detil setiap isi dan gambar. Terakhir, mereka dilatih untuk mengimajinasi apa yang ada dalam sebuah gambar untuk merangsang pengalaman baru kepada siswa.
Pagi itu Bu Khotimah membelajar siswa tentang memasak di dapur. “R-A =ra, N – I = ni, dibaca Ra-ni,” begitu cara ibu kelahiran 38 tahun lalu ini menbacakan kata perkata. Kalimat ‘Rani membantu ibu memasak di dapur’ menjadi sarana bagi ibu Khotim untuk menyimak setiap kata yang diucapkan oleh siswa.
Beliau membaca secara bersama-sama dulu dan siswa menirukan bersama-sama pula. Selanjutnya beliau meminta satu siswa untuk mengeja satu kata. Setelah siswa selesai dan betul pengejaannya beliau meminta siswa lain melanjutkan. Begitu seterusnya sampai selesai dan siswa bisa membaca dan memahami.
Setelah siswa mengeja perbagian dan dilanjutkan dengan membaca bersama lagi. Beliau kemudian memfokuskan dan megeskplorasi gambar. Pertama-tama, beliau mengeksplorasi isi dari dapur. Caranya dengan meminta siswa untuk menyebutkan nama dan menunjukkan barang-barang tersebut. Di situ beliau mengajarkan siswa tentang pengetahuan barang dan apa yang boleh dilakukan dan tidak dilakukan di dapur.
Selanjutnya, “Ayo siapa yang tahu Rani dan Ibu sedang memasak apa?” tanya Ibu ini dengan nada kental Purbalingga. Dari ide ini, sontak siswa menjawab dengan berbagai macam jawaban.
Cara menjawab Ibu Khotim menarik. Beliau tidak langsung mengiyakan jawaban siswa. Namun Bu Khotim, menunjuk gambar satu persatu di buku dan meminta siswa untuk menebaknya. Dengan tlaten beliau memberikan informasi bahan-bahan yang ada di samping kompor.Bila ada siswa yang belum mengerti beliau menjelaskan dengan rinci. Mulai dari jenis sayuran, daging, minyak dan berbagai peralatan dapur lain. Akhirnya mereka tahu kalau Ibu dan Rani sedang memasak nasi goreng.
“Siapa yang suka makan nasi goreng,” tanyanya lagi, semua siswa mengangkat tangannya dan Ibu Khotim menunjuk satu siswa untuk mengeksplorasi cerita yang sudah disampaikan serta pengalaman pribadi dari siswa tersebut.
Begitulah suasana setiap jam membaca yang diampu oleh anggota paguyuban kelas. Mereka berasal dari berbagai latar belakang pendidikan dan ekonomi yang berbeda. Namun karena kepedulian yang sudah digali oleh madrasah akhirnya mereka terpanggil untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran di madrasah.
Dalam kegiatan membaca buku besar tersebut, ada hal unik lain. Buku-buku besar tersebut merupakan buku buatan siswa kelas VI yang menggambar dan mewarnai dengan tangan trampil mereka. Dari bahan yang seadanya, mereka berhasil membuat banyak buku besar dengan tema yang beraneka ragam.
Selain siswa yang mendukung pengembangan budaya baca, komite madrasah dan paguyuban juga sepakat menyumbang pusat kegiatan membaca. Mereka akhirnya membuat sebuah gazebo sederhana dari bambu hasil sumbangan seadanya tersebut.
Gazebo sederhana namun unik tersebut dilengkapi dengan buku-buku sumbangan dari USAID PRIORITAS, buku besar, dan sumbangan dari peran serta masyarakat. Setiap awal pembelajaran dan waktu istirahat bu Khotimah bersama teman-temannya memiliki waktu untuk memandu siswa kelas 1 membaca buku besar secara terbimbing.
“Awalnya mereka takut dan grogi. Ada yang sampai tidak bisa berkata apa-apa di depan siswa. tapi karena banyak teman yang memberi semangat. Akhirnya mereka menjadi termotivasi dan mencoba yang terbaik,” kata Khasbi Istanto, salah satu guru yang telah dilatih USAID PRIORITAS tentang penggunaan buku besar.
Bu Khotim mengaku, dirinya merasa bangga dan senang karena diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembelajaran di madasah. Dia akan terus berupaya yang terbaik agar dalam pembelajaran tersebut banyak hal yang didapat oleh siswa.
”Paguyuban orang tua siswa telah membuat komitmen dengan madrasah. Komitmen itu kami tulis dan di pajang di kelas. Komitmen itu setiap hari juga dapat dibaca oleh siswa. Kadang anak saya yang mengingatkan komitmen itu kepada saya,” terangnya dengan sedikit berkaca-kaca karena bangga.
MI NU 2 Tangkisan, merupakan salah satu mitra dari USAID PRIORITAS di Kabupaten Purbalingga. Sejak tahun 2013 mereka didampingi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan pembelajaran aktif berbasis kontekstual. Menggiatkan manajemen berbasis sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat. Bu Khotimah dan teman-teman walimurid tersebut merupakan salah satu bagian dari tumbuhnya semangat kebersamaan dari warga masyarakat yang terbangun berkat pendampingan tersebut. (Sapto Suhardiyo)