PURBALINGGA – Congot semakin menambah daya tarik wisata susur sungai di desa wisata Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga. Congot merupakan nama suatu tempat yang menjadi pertemuan arus Sungai Klawing dari Purbalingga dan arus Sungai Serayu yang mengalir dari wilayah Banjarnegara. Warga setempat yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) ‘Pesona Linggamas’ kini tengah membenahinya sebagai salah satu daya tarik wisata.

Untuk mencapai wilayah Congot, pengunjung memang bisa menggunakan jalan darat.  Saat ini, warga telah melebarkan jalan tanah yang semula hanya jalan setapak. Wisatawan bisa langsung menuju tempat di ujung wilayah Purbalingga itu. Sementara, yang ingin menyusuri sungai Klawing dari bawah jembatan Linggamas, wisatawan cukup hanya membayar Rp 5.000 per orang. Wisatawan bisa menikmati sensasi menyusuri sungai Klawing dan melihat kampung nelayan serta bisa pula singgah di kebun pepaya.

Pegiat wisata Desa Kedungbenda, Adri mengatakan, wisata Congot  lebih dikenal sebagai wisata religi. Di tempat itu ada makam Wlandang Japlak. Di tempat itu konon dimakamkan dua orang yang gemar mengadu ayam.

“Ceritanya dulu ada salah seorang pengadu jago ternama yang meninggal di Congot. Oleh masyarakat kala itu, sang pengadu jago diperkirakan masih hidup. Karena terlihat seperti sedang memandang ayam peliharaannya yang terbang ke arah timur. Namun ternyata pengadu jago tersebut sudah meninggal dan akhirnya dimakamkan di situ juga,” ujar Adri, disela-sela acara syukuran pengembangan wisata di kompleks jembatan Linggamas, Selasa (5/4).

Menurut Adri, para pengunjung yang ingin datang berziarah, kebanyakan pada malam  Selasa Kliwon atau Jum’at Kliwon. “Keramaian pengunjung inilah yang kami bidik sebagai salah satu wisata religi. Kami membenahi jalan masuknya hingga membuat pengunjung nyaman,” kata Adri.

Sementara itu, Kepala Desa Kedungbenda, Tosa menambahkan, Congot memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Selain tempatnya yang indah dengan pemandangan tempuran dua sungai, bagi yang percaya Congot juga menjadi tempat untuk meminta jodoh bagi orang yang belum memiliki suami atau istri. “Congot juga menjadi tempat spesial untuk larung sesaji pada saat bulan Suro,” kata Tosa.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Dinbudparpora) Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si mengatakan, pihaknya terus berupaya bersama warga mengembangkan potensi wisata di Desa Kedungbenda. Dibanding desa wisata lain, kata Prayitno, Kedungbenda merupakan satu-satunya wisata yang menjual paket menyusuri sungai menggunakan perahu. Saat ini, Dinbudparpora telah membantu dua perahu kayu beserta mesinnya serta perlatan pelampung. “Kunjungan wisatawan sudah mulai meningkat setiap hari Sabtu dan Minggu. Kami terus memberikan pembinaan bagi pengelola agar memahami sapta pesona sadar wisata sehingga bisa melayani wisatawan dengan baik dan ramah,” kata Prayitno.

Selain wisata susur sungai, di Kedungbenda wisatawan bisa menikmati udara sejuk dibawah rindanganya pohon bambu di tepi sungai, wisatawan juga bisa melihat aktifitas kampung nelayan. Di kampung nelayan bisa membeli ikan khas sungai Klawing dan ketupat khas Landan. “Bisa juga belajar seni gamelan, atau melihat peninggalan jaman purba Lingga Yoni,” tambah Prayitno. (y)