PURBALINGGA – Waktu tiga jam ternyata terasa singkat ketika berada di Kampung Kurcaci, Desa Wisata Serang, Karangreja, Purbalingga. Kampung itu berada di bawah rindangnya ratusan pohon damar yang tingginya puluhan meter. Setelah puas berfoto selfi di beberapa wahana yang cukup intagramer, serombongan wisatawan tampak berkumpul dan bercanda di salah satu sudut kampung itu.
Sembari bercanda tawa, rombongan wisatawan itu menanti makanan khas desa yang sudah dipesannya. Tak selang waktu lama, sejumlah pemandu yang rata-rata masih remaja dengan sigapnya menyuguhkan santapan makan siang yang tertata rapi dalam sebuah tampah. Menu yang disajikan semuanya khas desa, dan bahan-bahannya sebagian besar diperoleh disekitar halaman rumah warga.
Bukan nasi beras yang disajikan, tetapi nasi jagung. Sayur yang disajikan khas oseng daun renjeng, oseng welok, oseng tempe, kluban, mendoan dan peyek. Lauknya bukan ayam atau daging, tetapi ikan asing yang hangat. Masih ada mendoan hangat serta minuman sesuai pesanan seperti teh hangat atau kopi. Untuk minuman teh, daun teh-nyapun dipetik dari pekarangan sekitar rumah warga.
”Kami menyajikan makanan khas desa yang tidak dijumpai di kota. Jika rindu dengan masakan yang sederhana ini, silahkan datang ke Kampung Kurcaci,” tutur pengelola kampung Kurcaci, Edi Susanto, Kamis (25//8).
Soal harga, lanjut Edi, sangat terjangkau. Untuk satu tambah makanan yang dipesan seharga Rp 40 ribu. Makanan itu cukup kenyang untuk porsi tujuh orang. Jika ingin memesannya bisa mengontak terlebih dahulu melalui HP 085720010821 aatau ke 083863103566. “Kami menganggap wisatawan yang datang sebagai sahabat yang harus disambut dengan rasa hangat, oleh karenanya, jika wisatawan yang membutuhkan makanan, bisa memesannya di di koperasi Kampung Kurcaci. Soal harga, kami tak mau membuat pengunjung kapok, semua harga persahabatan, ” tutur Edi.
Edi mengaku, Kampung Kurcaci tidak menawarkan wahana wisata seperti di lokasi daya tarik besar. Di Kampung Kurcaci, hanya rasa persahabatan dan kehangatan yang diberikan. Wisatawan bisa menikmati wahana yang ada seperti rumah pohon, gasebo yang bertebaran, permainan dolanan anak seperti egrang, Sunda Manda, benthik, permainan dakon dan rumah Kurcaci yang sering menjadi sasaran foto selfi. Ada pula wahana ain seperti curug Lawang, camping ground dan fasilitas perpustakaan Kurcaci. “Yang ingin tiduran di antara pepohonan juga dipersilahkan, kami menyediakan hamock secara gratis,” kata Edi.
Salah seorang wisatawan, Suci (28) mengungkapkan, dirinya sudah kali kedua datang ke Kampung Kurcaci. Rasanya ingin kembali lagi. Selain suasananya yang nyaman untuk bersantai, sambutan para pengelolanya juga sangat ramah. “Kami sangat kagum ternyata di kampung Kurcaci wisatawan diajak untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa Kromo, bahasa yang sudah mulai dilupakan anak-anak muda saat ini,” ujar Suci.
Wisatawan lainnya, Siswanto (45), mengaku merasakan ketenangan jiwa yang sangat ketika duduk bersantai dan menikmati rindangnya pohon damar. Siswanto mengaku betah untuk berlama-lama di Kampung Kurcaci. “Sajian menu makan juga menggugah selera. Ketika menikmati menu ini, serasa kangen keluarga di desa,” tuturnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga Drs Subeno, SE, M.Si mengatakan, kampung Kurcaci memang menawarkan wahana wisata alternatif yang unik dan jarang dijumpai di tempat wisata lain di Jawa Tengah. Selain wisatawan bisa berpuas mengambil foto dari berbagai sudut, bisa juga mengenal dolanan anak jaman dulu dan sekaligus memainkannya.
“Dinbudparpora akan terus melakukan pembinaan, baik dari sisi sumberdaya manusia, manajemen pengelolaan, promosi dan dukungan sarana prasarana pendukung. Kami berharap, pengelola setiap beberapa bulan sekali, atau setahun sekali menambah wahana baru yang membuat wisatawan betah datang dan akan datang kembali,” ujar Subeno. (y)