PURBALINGGA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora), Rabu (14/12) besok akan menggelar Kongres Gunung. Tema kongres yang pertama kali digelar ini yakni ‘Masa Depan Gunung dalam Pengelolaan Mitigasi bencana dan pemanfaatan Sumberdaya Alam untuk Kesejahteraan Manusia’. Kongres akan dipusatkan di lapangan Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, desa terakhir di kaki Gunung Slamet di wilayah Purbalingga.
Pelaksana Tugas (Plt) kepala Dinbudparpora Purbalingga Drs Sridadi, MM mengatakan, kongres gunung dijadwalkan akan dibuka oleh staf ahli menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sedang nara sumber yakni Profesor RIS DR Ir Sutikno Bronto (Kementerian ESDM), Ahmad Tohari (Budayawan) dan DR Endah (ahli ragam hayati).
“Tujuan digelarnya kongres gunung adalah untuk memberi kesadaran kepada manusia terkait dengan ancaman dan manfaat gunung bagi kesejahteraan hidup manusia. Kemudian untuk mengurangi atau meniadakan kerugian materi maupun jiwa manusia berkaitan dengan ancaman bencana terkait gunung. Dalam kongres nanti diharapkan akan mencetuskan langkah dan tindakan kongkrit dalam upaya pelestarian lingkungan / ekosistem gunung melalui pendekatan teknis, ekologis dan budaya,” kata Sridadi, Senin (12/12).
Sedang sasaran yang hendak dicapai, lanjut Sridadi, adalah menjadikan Purbalingga sebagai kabupaten yang sangat care dengan masa depan gunung. Selain itu juga, Purbalingga ingin mengambil peran sebagai pusat kajian pergunungan di dunia, dimana Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia menjadi tulang punggungnya. “Purbalingga juga ingin menjadikan sebagai pusat pengelolaan gunung Slamet yang meliputi wilayah kabupaten pemalang, Tegal, Brebes dan Banyumas,” ujar Sridadi.
Peserta kongres gunung berasal dari birokrat dan instansi yang terkait dengan pergunungan, akademisi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), aikatan alumni geologi, pecinta alam, komunitas pecinta gunung, Perhutani, pengamat, budayawan, juru kunci gunung, utusan warga yang tinggal disekitar gunung, dan komunitas lima gunung (Merapi, Sumbing, Merbabu, Andong, Menoreh).
Dalam rangkaian kegiatan ini juga akan digelar penanaman 3.000 pohon trembesi di kaki Gunung Slamet hingga pos pendakian I, bersih Gunung Slamet yang diikuti 1.500 pendaki dan pecinta alam, dan Festival Kutabawa. “Dalam Festival Kutabawa akan dimeriahkan pesta 3.000 lampion di langit Kutabawa,” tambah Sridadi. (y)