PURBALINGGA – Pegiat wisata di Desa Tanalum yang tergabung dalam kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Argo Lestari, kini tengah menyiapkan sebuah tempat untuk sefi atau swafoto di curug Aul. Curug setinggi 45 meter ini memiliki keindahan alam yang bagus, hanya saja belum dikelola optimal karena terbentur infrastruktur yang kurang memadai.  Tempat selfi ini untuk memberi kemudahan bagi wisatawan yang cenderung ingin berfoto-foto dengan latar belakang curug yang indah.

            Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si mengatakan,curug Aul merupakan sumber mata air pertama yang mengaliri sungai Aul. Sungai ini memang tergolong kecil, namun dimanfaatkan oleh warga untuk sumber air bersih dan pertanian.

“Curug ini berada di areal lahan milik Perhutani, oleh karenanya pengelolaannya tetap harus seijin Perum Perhutani dalam hal ini menjadi wewenang Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Banyumas Timur. Dari pihak Perhutani ternyata sangat mendukung, dan ketika disampaikan keinginan Pokdarwis untuk membuat tempat berfoto-foto, pihak Perhutani langsung memberikan dukungan dana,” kata Prayitno, Senin (7/11).

Dikatakan Prayitno, pekan lalu rombongan Administratur KPH Banyumas Timur dan BKPH (Bagian Kesatuan Pemangku Hutan) Gunung Slamet Timur melakukan kunjungan kerja ke Desa Tanalum. Kunjungan ini sebagai tindaklanjut pembicaraan berkaitan dengan pengelolaan curug yang berada di areal milik Perhutani. Setelah meninjau lokasi, ternyata KPH Banyumas Timur sangat mendukung pengelolaan curug oleh masyarakat setempat. Dan akhirnya curug Aul mula digarap dengan sistem bagi hasil.

“Perjanjian kerjasama memang belum ditandatangani, namun secara lisan KPH Banyumas Timur sudah menyatakan mendukung dan bahkan sudah memberikan bantuan dana untuk pembuatan tempat selfi serta penataan lokasi di sekitar curug. Penataan tidak diperbolehkan merusak hutan dengan menebang pohon atau merusak dengan cara lainnya,”kata Prayitno.

Dengan lampu hijau dari Perum Perhutani untuk mengelola curug Aul, warga Dukuh Pucung Rumbak Desa Tanalum yang paling dekat dengan curug Aul kini semakin bersemangat. Mereka mulai menata jalan sepanjang 800 meter yang rusak parah dengan menggunakan semen secara swadaya. “Untuk menuju curug Aul dari pemukiman penduduk terakhir berjarak sekitar 800 meter, nantinya untuk pengendara sepeda motor bisa sampai ke lokasi dekat curug, namun untuk wisatawan yang menggunakan mobil hanya bisa memarkir kendaraan di lapangan Pucung Rumbak, dan berjalan kaki sekitar 800 meter,” kata Prayitno.

Sementara itu Ketua Pokdarwis Argo Lestari, Fatah mengatakan, setelah pembuatan tempat selfi selesai beserta penataannya, rencanyanya pengunjung dikenai tiket masuk Rp 5.000,-. Tiket ini termasuk asuransi, dan sisanya dibagi antara pengelola dengan Perhutani yang dituangkan dalam kerjasama. “Dari sejumlah curug yang ada di Desa Tanalum, yang dikelola kerjasama dengan Perhutani yakni curug Aul karena, lokasi curug di lahan milik Perhutani, sedang beberapa curug lainnya, kepemilikan lahan ada yang milik warga dan tanah kas desa, serta sebagian Perhutani,” kata Fatah.

Fatah menambahkan, sejumlah curug yang dibenahi Pokdarwis Argo Lestari antara lain curug Nagasari, curug Gogor, curug Kali Karang, curug Lempeng, curug Buret, curug Silawe, curug Kembar, curug Banyu Banger dan terakhir curug Aul yang bekerjasama dengan Pehutani. Curug yang tertinggi di Tanalum yakni curug Nagasari yang mencapai 102 meter, kemudian curug Aul setinggi 45 meter, curug Gogor sekitar 35 meter. Sebelum mencapai curug Gogor yang berada di Dukuh Buret Sawangan, ada dua curug lain yakni curug  Kembar dan satunya lagi sebuah curug yang belum diberi nama. Dua curug itu seperti anak dari curug Gogor. Pesona curug Gogormulai dibenahi pada bulan Juni 2016 lalu. Warga setempat bekerja bakti membuat jalan setapak menuju lokasi curug. Semula jalan setapak sempat dibuat, namun terkena banjir bandang sehingga jalur jalan berubah lagi. Untuk mencapai curug Gogor dari lokasi parkiran  hanya sekitar 500 meter. Jalurnya melewati perkambungan, sungai kecil yang jernih.

“Wisatawan yang datang ke curug Gogor biasanya melakukan repling (rappeling) dan canyoning. Karena lokasinya yang tidak terlalu tinggi dan kondisi tebing yang memungkinkan. Berbeda dengan di curug Nagasari yang lumayan tinggi dan kondisinya cukup ekstrem jika dipakai oleh pemula untuk repling,” kata Fatah. (y)