PURBALINGGA – Kegiatan Festival Gunung Slamet (FGS) dengan berbagai kegiatan seni budaya tradisional di Kabupaten Purbalingga diharapkan tidak hanya menjadi multi player effect bagi warga Desa Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga. FGS yang pada tahun sebelumnya dianggarkan hanya sebesar Rp100 juta, pada tahun ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga menambah anggaran tujuh kali lipat atau menjadi Rp700 juta. Dengan anggaran sebesar itu, tidak hanya sekedar seremonial saja akan tetapi diharapkan mempunyai makna dan multi player effect.
“Tahun ini Festival Gunung Slamet anggarannnya ditingkatkan menjadi dari Rp100 juta atau meningkat tujuh kali lipat, hal tersebut supaya kegiatan punya makna dan multi player efek untuk masyarakat Serang serta tidak hanya kegiatan seremonial, hiburan ataupun mainan tapi ada makna mendalam untuk masyarakat Serang,”ujar Bupati Purbalingga Tasdi saat menyampaikan sambutan pada pagelaran wayang kulit dalam rangkaian FGS di Desa Serang kecamatan Karangreja Kamis malam (13/10).
Atasa inisasi Dinas Kebudayaaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora ) Kabupaten Purbalingga, sambung Bupati, yang sudah menggagas kegiatan dengan apik dengan berbagai ritual serta kegiatan seni budaya,bahkan kegiatan untuk generasi muda, sehingga pihaknya menyampaikan terimakasih. Karena pada tahun sebelumnya, FGS dilaksankanan biasa-biasa saja dan tahun ini lebih banyak modifikasinya. Untuk itu, dirinya bersama Wakil Bupati (Wabup) Purbalingga berkomitmen menjadikan FGS tidak hanya menjadi agenda Pemkab Purbalingga namun akan dijadikan agenda Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
“Tahun 2015 lalu, kegiatan FGS tersebut mungkin baruu biasa-biasa saja dan tahun ini ada modifikasi, untuk itu, depan depan saya bersama Bu Wakil Bupati berkomitmen akan menjadikan FGS tidak hanya menjadi agenda milik Purbalingga tapi agenda milik Gubernur Jawa Tengah,”jelasnya.
Menurut Bupati, Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa tengah akan berkomitmen, bahwa tahun depan akan membantu kegiatan FGS di Kabaupaten Purbalingga sehingga jadi kegiatannya akan lebih ramai serta berharap kegiatan tersebut akan lebih memberi manfat bagi masyarakat Purbalingga.
Bupati Ingatkan Agar Ritual Tidak Menyimpang
Dalam kegiatan FGS salah satu kegiatannnya adalah ritual pengambilan mata air Sikopyah, dalam kesempatan tersebut, Bupati mengingatkan bahwa kegiaatn FGS jangan menyimpang dari tujuan spiritual, tujuan sosial dan tujuan kultural.
“Jadi jangan sampai menyimpang dari tiga hal tersebut. Apapun kegiatannya baik festival A, festival B maupun festival C di Purbalingga tidak boleh menyimpang dari tujuan,”pintanya.
Menurut Bupati untuk kegiatan ritual-ritual seperti pengambilan mata air dan kegiatan lain sebagainya dalam FGS, jangan sampai menggeser atau menyimpang ajaran untuk menyembah Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Jangan sampai dengan kegiatan tersebut menggeser pikiran, hati, iman dan mengeser ketaqwaan. Akan tetapi justru untuk dengan kegiatan tersebut semakin memperkuat bagaimana tujuan penciptaan manusia serta mengakui keberadaan sang hama pencipta yang sudah memberi dan menciptakan air dan member penghidupan bagi manusia. Sehingga dengan FGS makna spiritual dapat semakin mendekatkan dengan pencipta alam. Dengan tujuan social FGS harus dimaknai untuk merengkuh, memperkuat kebersamaan, kerukunan kekompakan dan ukhuwah serta silaturahmi antara warga. Selain itu, Serang yang sudah dikenal dengan keramahan, ke gotongroyoyngan, serta kerukunan juga kekompakan identik dengan masyarakat Bali, sehingga hal tersebut merupakan modal dasar sebagai tujuan wisata di Purbalingga. Sedangkan tujuan kultural dari FGS adalah sebagai bentuk pelestari budaya, salah satunya melalui pagelaran wayang kulit, kata Bupati. (Sukiman)