Lingga Yoni

PURBALINGGA – Komisi III DPRD Purbalingga mendukung pengembangan Desa wisata Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon. Pengembangan wisata Kedungbenda dengan ikon wisata bahari sungai diharapkan akan mampu memberdayakan warga masyarakat yang semula menggantungkan hidup dari jasa penyeberangan ke jasa perahu wisata.

            “Kami sangat mendukung upaya Dinbudparpora (Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga) yang telah mencetuskan Kedungbenda sebagai desa wisata. Ada 20 orang yang semula bekerja sebagai penjual jasa perahu penyeberangan dari wilayah Kedungbenda ke Desa Petir Kecamatan Kalibagor Banyumas, kehilangan pekerjaan karena dibangunnya jembatan Linggamas yang menghubungkan kedua wilayah itu.  Pengembangan wisata bahari sungai tersebut setidaknya membuka lapangan pekerjaan kembali bagi mereka,” kata anggota Komisi III DPRD, Wakhyono, Senin (10/8).

            Wakhyono mengungkapkan hal tersebut dalam rapat dengar pendapat pembahasan APBD Perubahan 2015 dengan Kepala Dinbudparpora Drs Subeno, SE, M.Si, dan Kabid Pariwisata Ir Prayitno, M.Si. Rapat dipimpin ketua Komisi III Bambang Irawan di gedung DPRD setempat.

            Diungkapkan Wakhyono, selain potensi sungai Klawing dan Serayu yang melintasi Desa Kedungbenda, wilayah itu juga memiliki potensi bersejarah Lingga Yoni. Di tempat ini jika bulan Sura, menjadi pusat perayaan Suran. Ada ribuan tumpeng nasi yang dibuat warga sebagai sesaji Suran. “Ini tentunya bisa menjadi atraksi wisata yang bisa dijual, seperti atraksi tumpeng di Baturaden,” kata Wakhyono.

            Wakhyono mengusulkan, Lingga Yoni yang merupakan benda cagar budaya juga dilengkapi pagar keliling serta lantai keramik di sekitarnya. Saat ini, pagar tempat itu sudah nyaris rusak karena terkena akar pohon besar di sebelahnya. “Kami meminta Dinbudparpora untuk mengusulkan anggaran perbaikan dan pembenahan Lingga Yoni, tanpa mengurangi keasliannya,” saran Wakhyono.

            Selain Lingga Yoni, Wakhyono juga mengungkap banyaknya pelaku seni tradisi seperti seni karawitan, dalang dan lainnya yang ada di Desa Kedungbenda dan Desa Palumutan, disebelahnya. “Tiap malam di Desa Palumutan, dan Kedungbenda hamper ada latihan seni karawitan. Tentunya ini bisa menjadi factor pendukung pengembangan paket wisata desa,” ujarnya.

            Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua Komisi III Bambang Irawan. Meski mengaku belum menelusuri desa wisata Kedungbenda, namun Bambang Irawan menyatakan mendukung pengembangan wisata berbasis masyarakat. “Pemberdayaan masyarakat untuk wisata terbukti mampu membangkitkan roda ekonomi di desa, “ katanya.

            Kepala Dinbudparpora Subeno mengatakan, pihaknya terus mengembangkan desa-desa wisata yang memiliki potensi dan keunggulan spesifik dari suatu wilayah desa. Untuk Kedungbenda, pihaknya akan mendukung semangat warga setempat yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pesona Linggamas, dengan membangun dermana mini bagi perahu wisata. Selain itu juga dibuat gazebo di sekitar dermaga, serta di sekitar kampung nelayan. Di wilayah kampung nelayan, ada keunikan masyarakatnya dan sekaligus bisa jadi wisata kuliner. Di kampung nelayan disediakan kupat Landan dan ikan khas sungai Klawing atau Serayu, yakni ikan Senggaringan. Selain itu, pihak Dinbudparpora juga akan memberikan bantuan alat pelampung untuk meningkatkan keamanan wisatawan yang menaiki perahu wisata.

            “Kami juga terus memberikan pembekalan kepada pelaku wisata di Kedungbenda dengan pelatihan-pelatihan, seperti pelatihan pemandu wisata, pelatihan pertolongan di sungai, pelatihan outbond, serta kampanye sapta pesona sadar wisata,” kata Subeno. (y)