PURBALINGGA – Pramuwisata atau pemandu wisata dituntut untuk memberikan pelayanan yang profesional dan prima kepada wisatawan yang dilayaninya. Pramuwisata juga harus memiliki jiwa besar dan siap menjadi sasaran marah jika wisatawan yang dilayaninya tidak puas. “Wisatawan sudah mengeluarkan uang untuk menikmati wisata, jangan sampai wisatawan meninggalkan kesan buruk kepada pramuwisata atau obyek wisata. Justru sebaliknya, wisatawan harus terpuaskan dengan pelayanan pramuwisata yang profesional dan prima,” kata Kepala Dinas kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Drs Subeno, SE, M.Si.
Subeno mengemukakan hal tersebut saat membuka pelatihan pramuwisata di aula Dinbudparpora Purbalingga, Selasa (24/3). Pelatihan yang diikuti 20 orang pelaku wisata berlangsung hingga Rabu (25/3).
Menurut Subeno, seorang pramuwisata selain dituntut profesional juga harus sabar, berjiwa besar, dan memiliki motivasi besar dalam bekerja. Pramuwisata harus sabar meski mendapat tekanan dari wisatawan yang dilayaninya. Dalam menjalankan tugasnya, pramuwisata juga dituntut untuk ikhlas serta melaksanakannya dengan penuh senang hati. “Agar bersikap profesional, seorang pramuwisata harus memiliki skill dan pengalaman yang banyak, sehingga wisatawan akan dibuat nyaman,” katanya.
Dikatakan Subeno, tugas-tugas seorang pramuwisata sejatinya sangat rumit. Kesalahan sedikit saja bisa dikomplain oleh wisatawan. Misalnya, pramuwisata harus menyiapkan transportasi yang digunakan. Sarana transportasi harus nyaman, sopir dipilih yang ramah dan tidak ugal-ugalan, kendaraan bersih dan lainnya. Kemudian saat mengurus keperluan tiket atau dokumen perjalanan, juga harus cermat. Demikian juga soal barang-barang yang dibawa wisatawan, semuanya harus terjaga aman dan tidak ada keluhan. Dalam hal penginapan juga tidak terlepas dari peran pramuwisata. Pramuwisata harus mampu memilih tempat menginap yang aman, nyaman dan tenang.
“Hal lain yang dicermati, juga masalah menu makan, sedapat mungkin dipilih yang sesuai selera wisatawan yang dibawanya. Jika wisatawan menginginkan kuliner yang diinginkan, pramuwisata harus sigap dan tanggap mengetahui lokasi tempatnya, beserta informasi harganya,” kata Subeno.
Dibagian lain, Subeno mengatakan, seorang pramuwisata juga harus paham dan mampu menarapkan prinsip sapta pesona wisata. Sapta pesona ini tidak hanya melekat pada sebuah obyek destinasi wisata, tetapi juga dipahami dan dijalankan oleh pramuwisata. Seorang pramuwisata harus mampu menciptakan suasana aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan mampu memberikan kenangan kepada wisatawan. “Penampilan pramuwisata harus bersih, tidak ngemproh, berbaju rapi, dan tidak sandalan jepit. Penampilan pramuwisata yang rapi akan memberikan kesan positif kepada wisatawan yang dilayaninya,” kata Subeno.
Sementara itu, Kepala Bidang Pariwisata Dinbudparpora Ir Prayitno, M.Si dalam laporannya mengungkapkan, pelatihan pramuwisata terus dipacu untuk memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan yang berkunjung ke Purbalingga. Pramuwisata yang melayani skala desa wisata pun harus menguasai teknik-teknik kepemanduan. “Sebagus dan sebaik apapun sebuah destinasi wisata, jika tidak didukung oleh pelayanan pramuwisata yang baik, maka akan meninggalkan kesan kurang baik dari wisatawan. Keduanya harus sinergi, destinasinya bagus dan pemandu wisatanya juga baik serta ramah,” kata Prayitno.
Prayitno menambahkan, pelatihan diikuti 20 orang yang terdiri dari 10 orang pelaku desa wisata, dan 10 orang dari obyek wisata dan hotel. Pelatihan dilaksanakan selama dua hari, teori dan praktek dengan nara sumber Aris Widianto, praktisi sekaligus pelaku wisata. Materi pelatihan seperti kebijakan pembangunan pariwisata di Purbalingga, Sapta Pesona wisata, kode etik pramuwisata, publik speaking, teknik menjadi pemandu yang profesional, serta praktek memandu. “Untuk praktek memandu, setiap peserta akan diberikan waktu tujuh menit, menerangkan tentang obyek wisata Museum Soegarda Purbakawatja dan tentang bangunan serta keunikan Pendopo Dipokusumo,” tambah Prayitno. (y)