PURBALINGGA – Dari 125 desa wisata di Jateng yang sudah dikukuhkan dengan keputusan kepala daerah, hanya sekitar 15 – 20 persen saja yang layak jual untuk wisatawan domestik dan mancanegara. Desa wisata ini sudah melengkapi paket wisata yang menarik dan unik, termasuk beberapa diantaranya desa wisata di Purbalingga.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si mengungkapkan, berdasar hasil pertemuan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Provinsi Jateng dengan pelaku desa wisata yang tergabung dalam Forum Komunikasi Desa Wisata (FK Deswita) di Desa Wisata Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, pekan lalu, untuk pengembangan desa wisata perlu dukungan semua pihak termasuk pemerintah kabupaten kota. Pemprov Jateng, kata Prayitno, juga mendukung pengembangan desa wisata melalui kegiata bintek penyusunan profil dan paket wisata yang akan digelar bulan Juni – Juli, dan kegiatan festival desa wisata se-Jateng.
“Dinbudpar Jateng hanya menganggarkan Rp 500 juta untuk mendukung desa wisata se-Jateng, anggaran itu untuk menggelar festival desa wisata Rp 300 juta, dan sisanya untuk pembinaan,” ujar Prayitno, Minggu (22/3).
Dalam pertemuan tersebut, lanjut Prayitno, terungkap jika umumnya desa wisata masih minim paket wisata. Kendala yang masih dihadapi pengelola desa wisata hingga saat ini, menyangkut penyediaan paket wisata yang hendak ditawarkan kepada calon pengunjung.
“Karena masih kurang mengetahui cara membuat paket wisata dan promosinya agar menjadi daya tarik wisatawan,” katanya.
Sebetulnya, promosi bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi yang tidak membutuhkan biaya mahal dan bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat Indonesia, bahkan internasional. Untuk mendukung promosi tersebut, penataan destinasi wisata juga perlu dibenahi, sedangkan Pemprov Jateng siap membantu penganggaran dengan catatan usulannya masuk dalam musyawarah perencanaan pembangunan (musrembang) desa, kemudian secara berjenjang hingga tingkat provinsi.
Dikatakan Prayitno, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masing-masing desa wisata, pembentukan forum desa wisata dinilai tepat karena desa wisata yang sudah maju bisa memberikan pengalaman dalam hal pengelolaan kepada desa yang masih tahap embrio. “Demikian halnya, desa wisata yang masih embrio juga bisa belajar dengan yang sudah maju,” ujarnya.
Dibagian lain, Prayitno mengungkapkan, sikap proaktif kabupaten/kota dalam mengembangkan desa wisata justru menguntungkan karena tujuan utama pengembangan desa wisata tidak hanya menarik minat kunjungan wisatawan, melainkan bertujuan pula mengurangi angka kemiskinan, pengangguran, dan terciptanya pemasukan bagi desa setempat.
“Pemerintah kabupaten/kota juga mendorong masyarakatnya untuk berperan aktif mengembangkan desa wisata, karena kunci berkembangnya desa wisata salah satunya karena peran aktif masyarakatnya sendiri, sedangkan pemerintah hanya fasilitator,” ujarnya.
Selama ini, objek wisata yang menjadi target kunjungan wisatawan masih terkonsentrasi di wilayah perkotaan, kini adanya desa wisata diharapkan di masing-masing daerah berkembang desa wisata dengan menonjolkan potensi khas desa masing-masing. Dengan demikian, akan terjadi pemerataan dalam hal kunjungan terhadap objek wisata.
Pada tahun ini, Pemprov Jateng menargetkan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara 450.000 orang, sedangkan wisatawan nusantara sekitar 31 juta orang. Tingkat kunjungan wisatawan ke sejumlah objek wisata di Jateng selama 2014 tercatat 419.000 orang untuk wisatawan mancanegara dan 29,8 juta orang untuk wisatawan nusantara. “Target kunjungan wisatawan itu tak terlepas dari peran desa wisata, termasuk sejumlah desa wisata di Purbalingga,” tambah Prayitno.(y)